Halaman

Selasa, 22 September 2009

IN MEMORIAM

Ini adalah posting untuk mengenang para mantanku yang selalu menyakiti aku. tapi, apapun alasannya, mereka telah membuat aku menemukan jati diriku yang sebenarnya.















UNTUK S’LALU KAU KENANG

Desiran angin malam ini, mencoba membawaku terlarut dalam lamunan bisuku. Ku terdiam seribu bahasa, sesekali ku menengadah kelangit. Kutatap sang bintang dengan tatapan yang terasa hampa dan kosong.

Ga’ tau…
Perasaan apa yang sedang menyelimuti perasaanku yang ga terasa air mataku mengalir dengan derasnya.

Setiap keindahan, kedamaian, kebahagiaan, dan manisnya hidup ini pasti didambakan oleh setiap orang. Namun, apa yang terjadi? Dambaan hanya dambaan, keindahan hanya keindahan. Sungguh, jarak diantara keduanya sangat berjauhan dan ga mo bersatu layaknya langit dan bumi. Hingga akhirnya yang tersisa hanyalah tangisan bathin karena s’lalu disudutkan oleh kenyataan.

Kenapa kenyataan ini begitu buas dan geram menerjang hidupku ini. .?
Kenapa keindahan itu ditampakkan didepan hidupku sementara aku ga mungkin bisa untuk meraihnya. ?
Dan kenapa semua ini harus menimpaku ditengah-tengah sibuknya aku mengurus kehidupan ini. ?

Aku lemah, ga’ berdaya, dan ga punya senjata lagi untuk menghadapi semua ini. Walaupun itu adalah sebuah keyakinan. Bagiku, keyakinan ga cukup mampu untuk melawan.

Setiap langkah, denyut nadi, kejapan mata, dan detik waktu s’lalu menghiasi akan alur perjalanan hidup ini. Namun, selama itu pula, apa yang mesti aku cari? Sementara setiap apa yang aku asakan semuanya laksana fatamorgana yang hanya terlihat oleh mata dan ga bisa dirasakan.

Sayang…
Kau telah membuat aku terjatuh,
Kau telah membuat aku menangis,
Kau telah membuat aku menderita, dan
Kau telah membuat aku semakin aku ga tau siapa sebenarnya diriku ini?

Namun dengan seperti ini kau merasa PUAS dan BANGGA.
Bagimu aku seorang pengecut, munafik, pecundang, dan pembohong. Dan kau bilang: “seorang anak kecil juga bisa kalo ngomong apa yang kamu omongin”.
Sangat mudah kau bilang seperti itu. Ya.. aku hargai pendapatmu. Namun, yang jelas, semua itu mesti dibuktikan kebenarannya. U or me?

Sayang …
Cercaanmu, pengkhianatanmu, manisnya janjimu, racun bisamu, bengismu, dan kekejamanmu semuanya sudah sampai dipangkuanku dan telah aku terima dan rasakan.

Sekarang…
Kau dengan tanpa beban sedang menikmati hasil karyamu diatas segala penderitaan dan jeritanku.

Dimana kau tertawa, maka disitulah aku menangis.
Dengan siapa kau berbahagia, maka dengan rasa pahitlah aku berteman.

Ya Allah …
Engkau Dzat yang maha tahu diatas segalanya.
Engkau Dzat yang maha adil
Engkau Dzat yang mengabulkan do’anya makhluk yang teraniaya.
Maka, disini hamba berteriak sekuat tenaga dan memohon kepada-Mu:
Berikanlah dia hidayah agar terbuka pintu hatinya.
Lindungilah dia dari segala mara bahaya.
Tempatkanlah dia bersama kebahagiaan yang haqiqi.
Karena, apapun alasannya, dia aadalah orang yang aku cintai dan sayangi.

Sayang…
Ini persembahan terakhir yang aku berikan kepadamu.
Bukan berbentuk materi yang selama ini kau dambakan yang membuat kamu sudah ga peduli lagi denganku.

Aku yakin, ini adalah jalan yang terbaik untuk meraih apa yang kamu dambakan.

Semuanya…
Akan segera kau miliki.

Dan yang terakhir, aku telah mema’afkanmu meski sampai saat ini kau belum minta ma’af kepadaku.

2 komentar:

  1. oooww sungguh mengharukan.....!!!
    tp... percayalah apa yang selama ini kamu rasakan adalah sebuah ujian pendewasaan diri, pada saatnya nanti kmu pasti akan merasakan buah manis dari semua pengorabanan mu selama ini. percayalah Allah bersama orang-orang yang sabar.

    BalasHapus
  2. Ok Ji, makasih ya atas suportnya. setiap manusia pasti mempunyai kisah hidup yang berbeda. dan itu adalah bagian dari hidupku yang ga mungkin aku lupakan dalam lembaran sejarah hidupku. sukses juga buat antum....

    BalasHapus

Menanggapi