Halaman

Rabu, 11 Februari 2009

"Valentine" Ditinjau Dari Hukum Islam

Bagaimanakah hukum merayakan hari “Valentine” ??
Oleh : Ade Mahmudin

Valentine, di berbagai belahan dunia, orang beramai-ramai mengamini bahwa tanggal 14 Februari adalah hari Velentine. Di Indonesia pun, para warganya turut menyambut gembira datangnya hari kasih sayang ini, meskipun sebenarnya mereka tak tahu pasti mengapa harus ikut merayakan hari tersebut.
Bukankah untuk menunjukkan rasa sayang kita terhadap teman, kekasih ataupun keluarga kita tak perlu menunggu datangnya tanggal 14 februari? Kita bisa menunjukkannya setiap hari. Kita juga tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli coklat, bunga, premen, dan pernak-pernik lainnya untuk menunjukkan rasa sayang kita, cukup dengan perhatian yang tulus.
Terlepas dari itu semua, marilah kita kupas secara detail keistimewaan hari Valentine yang kedatangannya selalu membuat dunia menjadi serba merah muda. Beberapa para ahli mengatakan bahwa asal mula Valentine itu berkaitan dengan St. Valentine. Ia adalah seorang pendeta Roma yang menolak melepaskan agama Kristen yang diyakininya.
Akhirnya secara bertahap 14 Februari menjadi hari khusus untuk bertukar surat cinta dan St. Valentine menjadi idola para pecinta. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga. Sering juga untuk merayakan hari kasih sayang ini dilakukan acara pertemuan besar atau bahkan permainan bola.
Di AS, Miss Esther Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine. Acara Valentine mulai dirayakan besar-besaran semenjak tahun 1800 dan pada perkembangannya, kini acara ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.
Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan menular pada masyarakat di seluruh dunia dibumbui dengan versi sentimentak tentang makna valentine itu sendiri. Bahkan anak-anak kecil pun tertular dengan wabah ini, mereka saling berkirim kartu dengan teman-temannya di sekolah untuk menunjukkan rasa sayang mereka.

Sejarah Hari Valentine
Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman kerajaan Romawi. Menurut adat Romawi, 14 Februari adalah hari untuk menghormati Juno. Ia adalah ratu para dewa dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia.’
Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu kertas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu. Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah.
Dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dijuluki si kaisar kejam kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat armada perangnya. Ia yakin bahwa para pria Romawi enggan masuk tentara karena berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Akhirnya ia memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Saint Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini.
Ia tetap melaksanakan tugasnya bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini diketahui kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tak bergeming dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin, tanpa bunga, tanpa kidung pernikahan. Akhirnya dia ditangkap sementara pasangan itu berhasil melarikan diri. Kemudian Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis mati. Bukannya dihina, ia malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara.
Di hari saat ia dipenggal, 14 Februari, ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk puteri seorang penjaga penjara atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya selama ia dipenjara. Diakhir pesan itu, ia menuliskan : “Dengan Cinta dari Valentinemu.”
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta itu adalah putri penjaga penjara. Sang ayah mengijinkannya untuk mengunjungi St. Valentine di penjara. Tak jarang mereka berbicara selama berjam-jam. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta itu. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Pesan itulah yang kemudian merubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Ia meninggal tepat pada hari ke-14 di bulan Februari pada tahun 270 M. Saat itu rakyat Romawi telah mengenal Februari sebagai festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dalam tradisi ini para pria diperbolehkan memilih gadis untuk pasangan sehari. Dan karena Lupercalia mulai pada pertengahan bulan Februari, para “Pastor” memilih nama Hari “Santo Valentinus” untuk menggantikan nama perayaan itu. Sejak itu mulailah para pria memilih gadis yang diinginkannya bertepatan pada hari Valentine.

Tinjauan dari segi hukum
Kita sudah mengamati dari potongan sejarah tentang hari Valentine itu. Dimana, dalam perkembangannya, Valentine dijadikan sebagai kegiatan ritualitas (Lupercalia) orang kristen katolik seperti yang dinyatakan oleh para pastor itu. Terlepas dari berbagai macam alasan, diakui atau tidak bahwa bagi Ummat Islam yang meniru gaya orang kafir (dalam hal ritual/ aqidah), maka dia adalah bagian didalamnya.
Perhatikan beberapa sabda Nabi berikut :
مَنْ فَرَّقَ الْجَمَاعَةَ قَدْرَ شِبْرٍ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً (الحديث).
“Barang siapa yang memisahkan diri dari jamaahnya walaupun hanya sejengkal, maka (bila ia mati) dia (dihukumi) mati jahiliyah”.
Dalam kitab “Abi Jamroh” dijelaskan, bahwa yang dimaksud Jama’ah disitu adalah kelompok Agama Islam. Walaupun sejengkal dia memisahkan diri dan masuk kedalam kebiasaan orang kafir maka dia adalah bagian didalamnya dan dihukumi kafir.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ (الحديث)
“Barangsiapa yang menyerupai kebiasaan suatu kaum, maka ia termasuk didalamnya”
Sudah menjadi kebiasaan anak muda. Setiap tanggal 14 Februari mereka mencoba memainkan peranan penting dihadapan orang-orang yang dicintainya. Entah itu pada keluarga, teman, guru, apalagi bagi mereka yang kebetulan sedang menjalin hubungan spesial “Fall in Love”. Berbagai upaya dilakukan untuk memberikan sesuatu yang beda di hari itu. Dengan dalih “hari kasih sayang”. Bukankah untuk membuktikan kasih sayang kita tidak harus tanggal 14 saja. Bagi kita Ummat Islam untuk berbagi kasih sayang kita tidak mengenal ruang dan waktu. Kapan saja dimana saja kita dianjurkan untuk berbuat baik dan mengasihi sesama muslim.
اَلرَّاحِمُوْنَ يرَحْمَهْمُ ُالرَّحْمَنُ إِرْحَمُوْا مَنْ فِى اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ (الحديث)
“Orang-orang yang menyayangi (Sesamanya) akan disayangi Dzat Yang Maha Penyayang, oleh sebab itu kasih sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka orang-orang yang ada di langit akan menyayangi kalian”
Tetapi dalam konteks kasih sayang disini, adalah sesama kaum muslimin. Menukil pendapatnya Ibnu Muhammad Al-Muqriy bahwa “menghormati berbeda dengan memperingati. Menghormati bukan berarti harus mengikuti. Sedangkan memperingati berarti mengagungkan”. Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim bila memperingati hari Valentine maka berarti dia mengagungkan Valentine dan pengikutnya yaitu kaum kafir. Dan bila kita menghormati mereka maka kita tidak perlu ikut memperingati hari Valentine tersebut. Apalagi dengan berbagai macam gaya dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang kafir itu. Sebab pada dasarnya kita hidup didaerah ini tidak ada yang memerintahkan untuk merayakannya. Jika ada yang menyuruh untuk merayakan, maka tidak wajib untuk ditaati. Sekalipun itu seorang Presiden. Karena menyuruh kepada hal-hal yang sudah keluar dari aturan Agama.
Berikut adalah refferensi mengenai hukum Valentine tersebut :

الفتاوى الكبرى الجزء الرابع ص : 238-239

( وسئل ) رحمه الله تعالى و رضي عنه هل يحل اللعب بالقسي الصغار التى لا تنفع ولا تقتل صيدا بل أعدت للعب الكفار وأكل الموز الكثير الكثيلر المطبوخ بالسكر والباس الصبيان الثياب الملونة بالصفرة تبعا لاعتناء الكفرة بهذه فى بعض اعيادهم واعطاء الاثواب والمصروف لهم فيه اذا كان بينه وبينهم تعلق من كون احدهما أجيرا للآخر من قبيل تعظيم النيروز ونحوه فان الكفر صغيرهم وكبيرهم وضيعهم ورفيعهم حتى ملوكهم يعتنون بهذه القسي الصغار و اللعب بها ٍوبأكل الموز الكثير المطبوخ بالسكر اعتناء كثيرا وكذا بالباس الصبيان الثياب المصفرة واعطاء الأثواب والمصروف لمن يتعلق بهم وليس لهم فى ذلك اليوم عبادة صنم ولا غيره وذلك اذا كان القمر فى سعد الذابح فى برج الاسد وجماعة من المسلمين اذا رأوا أفعالهم ويفعلون مثلهم فهل يكفر او يأثم المسلم اذا عمل مثل عملهم من غيلر اعتقاد تعظيم عيدهم ولا اقتداء بهم أولا .

( فأجاب ) نفع الله تبارك وتعالى بعلومه المسلمين بقوله لا كفر بفعل شيء من ذلك فقد صرح أصحابنا بأنه لو شد الزنار على وسطه او وضع على رأسه قلنسوة المجوس لم يكفر بمجرد ذلك أهـ فعدم كفره بمخا فى السؤال أولى وهو ظاهر بل فعل شيء مما ذكر فيه لا يحرم اذا قصد به التشبه بالكفار لا من حيث الكفر والا كان كفرا قطعا فالحاصل انه ان فعل ذلك بقصد التشبه بهم فى شعار الكفر كفر قطعا او فى شعار العيد مع قطع النظر عن الكفر لم يكفر ولكنه يأثم وان لم يقصد التشبه بهم أصلا ورأسا فلا شيء عليه ثم رأيت بعض أئمتنا المتأخرين ذكر ما يوافق ما ذكرته فقال ومن أقبح البدع موافقة المسلمين النصارى فى اعيادهم بالتشبه بأكلهم والهدية لهم وقبول هديتهم فيه واكثر الناس اعتناء بذلك المصريون وقد قال صلى الله عليه وسلم من تشبه بقوم فهو منهم بل قال ابن الحاج لا يحل لمسلم ان يبيع نصرانيا شيئا من مصلحة عيده لا لحما ولا أدما ولا ثوبا ولا يعارون شيئاولو دابة ...الخ.

بغية المسترشدين ص : 248

( مسألة ى ) حاصل ما ذكره العلماء فى التزي بزى الكفار انه اما ان يتزيا بزيهم ميلا الى دينهم وقاصدا التشبه بهم فى شعائر الكفر او يمشى معهم الى متعبداتهم فيكفر بذلك فيهما واما ان لا يقصد كذلك بل يقصد التشبه بهم فى شعائر العيد او التوصل الى معاملة جائزة معهم فيأثم واما ان يتفق له من غير قصد فيكره كشد الرداء فى الصلاة . اهـ


مجموع فتاوى ورسائل ص : 183

واما ما كان خاصا بالكفار وزيا من أزيائهم التى جعلوها علامة لهم كلبس برنيطة وشد زنار وطرطور يهودي وغير ذلك فمن لبسه من االمسلمين رضا بهم وتهاونا باالدين وميلا للكافرين فهو كفر وردة والعياذ بالله ومن لبسه استخفافا بهم واستحسانا للزي دون دين الكفر فهو اثم قريب من المحرم واما من لبسه ضرورة كأسير عند الكفار مضطرا للبس ذلك فلا بأس به و كمن لبسه وهو لا يعلم انه زي خاص بالكفار وعلامة عليهم أصلا لكن اذا علم ذلك وجب خلعه وتركه وأما ما كان من الألبسة التى لا يختص بالكفار وليس علامة عليهم اصلا بل هو من الألبسة العامة المشتركة بيننا و بينهم فلا شيء فى لبسه بل هو حلال جائز . اهـ


بغية المسترشدين ص : 283

ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه فى الفتح والتحفة والامداد وشن الغارة وتبعه الرملى فى النهاية هو ان يتزيا احدهما بما يختص بالآخراو يغلب اختصاصه به فى ذلك المحل الذى هما فيه .اهـ


نهاية المحتاج الجزء الثانى ص : 374

او محمول على ان مراده من جنس زي النساء لا انه زي مخصوص بهن وقد ضبط ابن دقيق العيد ما يحرم التشبه بهن فيه بأنه ما كان مخصوصا بهن فى جنسه و هيئته او غالبا فى زيهن وكذا يقال فى عكسه .

( قوله وكذا يقال فى عكسه ) ومنه وما يقع لنساء العرب من لبس البشوت وحمل السكين على الهيئة المختصة بالرجال فيحرم عليهن ذلك وعلى هذا فلو اختصت النساء او غلب فيهن زي مخصوص فى اقليم وغلب فى غيره تخصيص الرجال بذلك الزي كما قيل ان نساء قرى الشام يتزين بزي الرجال الذين يتعاطون الحصاد والزراعة ويفعلن ذلك فهل يثبت فى كل اقليم ما جرت عادة اهله او ينظر لأكثر البلاد ؟ فيه نظر والأقرب الأول ثم رأيت فى حج نقلا عن الأسنوى ما يصرح به وعبارته : وما افاده : اى الأسنوى من ان العبرة فى لباس وزي كل من النوعين حتى يحرم التشبه به فيه يعرف كل ناحية حسن اهـ وعليه فليس ما جرت به عادة كثير من النساء بمصر الآن من لبس قطعة شاش على رءوسهن حراما لأنه ليس بتلك الهيئة مختصا بالرجال ولا غالب فيهن فليتنبه له فانه دقيق واما ما يقع من الباسهن ليلة جلائهن عمامة رجل فينبغى فيه الحرمة لأن هذا الزي مخصوص بالرجال .اهـ

الترمسى الجزء الثانى ص : 56

( كفائتة ) ولو نفلا ما لم يقصد تأخيرها اليها ليقضيها فانها لا تنعقد وان كانت واجبة على الفور .

( قوله لا تنعقد ) اى لما سيأتى انه مراغم للشرع نعم لو تحرى الفائتة وقت الكراهة فلما دخل الوقت نسي انه تحرى ذلك فصلاها حينئذ على التحرى بل لو كان متصورا للتحرى مستحضرا له واحرم مع ذلك بالصلاة لكنه لم يأت بها لأجل التحرى ولا قصد بايقاعها فى هذا الوقت بما قصده من تأخيرها اليه وانما اختار الآن ايقاعها فى هذالوقت لا لأجل ما ذكر انعقدت لانه غير مراغم للشرع حيث لم تترتب الصلاة على قصده الأول افاده ابن قاسم عن الطبلاوى فليتأمل .اهـ

C.

بغية المسترشدين ص : 126

( مسئلة ى ) كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشيء يستعمل فى مباح وغيره فان علم او ظن ان أذه يستعمله فى مباح كأخذ الحرير لمن يحل له والعنب للأكل والعبد للخدمة والسلاح للجهاد والذب عن النفس والأفيون والحشيشة للدواء والرفق حلت هذه المعاملة بلا كراهة وان ظن انه يستعمله فى حرام كالحرير للبالغ ونحو العنب للسكر والرقيق للفاحشة والسلاح لقطع الطريق والظلم والأفيون والحشيشة وجوزة الطيب لاستعمال المخدر حرمت هذه المعاملة وان شك ولا قرينة كرهت وتصح المعاملة فى الثلاث لكن المأخوذ فى مسألة الحرمة شبهة قوية وفى مسألة الكراهة أخف .اهـ

( مسئلة ب ) يحرم بيع التنباك ممن يشربه او يسقيه غيره ويصح لانه مال كبيع السيف ونحو الرصاص والباروت من قاطع الطريق والامرد لمن عرف بالفجور والعنب ممن يتخذه خمرا ولو ظنا فينبغى لكل متدين ان يجتنب الاتجار فى ذلك ويكره ثمنها كراهة شديدة . واما بيع الة الحرب من الحربى فباطل . اهـ

وجيز ص345

الافعال المؤدية الى المفاسد اما ان تكون بذتها فاسدة محرمة . واما ان تكون بذاتها مباحة جائزة .. الى ان قال ... اما الافعال المباحة الجائزة المفضية الى المفاسد فهي على انواع : النوع الاول : ما كان افضاؤه الى المفسدة نادرا او قليلا فتكون مصلحته هى الراجحة ومفسدته هى المرجوحة كالنظر الى المخطوبة والمشهود عليها وزراعةالعنب فلا تمنع هذه الافعال بحجة ما قد يترتب عليها من مفاسد. لان مفسدتها مغمورة فى مصلحتها الراجحة. وعلى هذا حل اتجاه تشريع الاحكام ولا خلاف فيه بين العلماء .

النوع الثانى : ما كان افضاؤه الى المفسدة كثيرا فمفسدته ارجح من مصلحته كبيع السلاح فى اوقات الفتن .

النوع الثالث : ما يؤدى الى المفسدة لاستعمال المكلف هذا النوع لغير ما وضع له فتحصل المفسدة كمن يتوسل بالنكاح لغرض تحليل المطلقة ثلاثا .

اختلاف العلماء فى الاخذ بسد الذرائع : الافعال من النوعين الثانى والثالث هى التى وقع الخلاف فيها أتمنع لافضاها الى المفسدة او لا ؟

فالحنابلة والمالكية قالوا تمنع وغيرهم كالشافعية والظاهرية قالوا لا تمنع ووجهة هؤلاء ان هذه الأفعال مباحة فلا تصير ممنوعة لاحتمال افضائها الى المفسدة ووجهة الاولين ان السد الذرائع اصل من اصول التشريع قائم بذاته .اهـ

بجيرمى على شرح المنهاج الجزء الثانى ص : 176

( وعدم حرابة من يشترى له عدة حرب ) كسيف ورمح ونشاب وترس ودرع لخيل فلا يصح شراؤه لحربى لانه يستعين به على قتالنا بخلاف الذمى اى فى دارنا فانه فى قبضتنا وبخلافا غير عدة الحرب ولو مما يتأتى منه كالحديد اذ لا يتعين جعله عدة حرب .اهـ


Jadi, inti dari semuanya adalah kita dituntut untuk selalu berkasih sayang sepanjang waktu kepada sesama muslim dan tidak boleh ikut-ikutan berkasih sayang ala orang-orang kafir. Kecuali jika seseorang memberikan kasih sayang kepada yang lain yang bertepatan pada hari valentine. Sementara dalam hatinya tidak ada niat sama sekali dan tidak terikat oleh hari Valentine, maka dia bebas dari larangan berkasih sayang. Walaupun dilakukan pada hari Valentine.
Oleh karena itu, peliharalah akidah kita agar jangan sampai terjerumus kepada yang berbau kekufuran. Dan kita jangan mudah tergiur dengan keindahan dan berbagai macam pernak pernik dihari itu.
Apakah kita termasuk orang-orang yang telah dijelaskan seperti diatas? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Kalau kita meniru dan memperingatinya, berarti kita juga meniru dan memperingati Ritual yang dilakukan oleh orang-orang kafir itu. Na’udzu biLLah …
Semoga catatan kecil ini bermanfaat buat kita semua. Jika masih ada yang kurang jelas, silahkan datang langsung ke sekretariat : Pondok Pesantren Al-Ishlah, Desa Jatireja Kec. Compreng, Kab. Subang, 41258
Kami tunggu kritik dan sarannya. Karena kami juga mengakui masih terdapat banyak kekeliruan dalam hal sejarah apalagi dalam menjelaskan sebuah hukum.
Kotak kritik dan saran :
Ade Mahmudin :
Sekretariat : Ponpes Al-Ishlah Jatireja-Compreng-Subang 41258
HP : 081 324 976 100
e-mail :
http://ademahmudin@rocketmail.com
http://anakbangsa48@yahoo.co.id