Halaman

Kamis, 31 Desember 2009

MENGENANG SOSOK "GUSDUR"




  • GUSDUR KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW
Apa? Gus Dur, keturunan nabi? banyak orang yang tidak percaya bahwa Gus Dur yang terkenal kontroversial ini adalah keturunan nabi, namun dalam kenyataannya, silsilah gus dur menyambung ke rasullulah SAW.

Dapat dibuktikan dari sebuah Al-kitab Talchis karangan Abdulloh Bin Umar Assathiri. Sumber ini diklaim telah diteliti dan direstui Rois Aam Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al Muktabaroh An Nahdliyyah KH. Habib Lutfi Ali Yahya, Pekalongan.

Berikut petikan silsilah Gus Dur sampai ke Nabi Muhammad SAW:

1. Muhammad Salallahu Alaihi Wailaihi Wasalam,
2. Sayyidina Fatimatus Zahro dengan Sayyidina Ali,
3. Sayyidina Husen Bin Ali,
4. Sayyidina Ali Zaenal Abidin,
5. Sayyidina Muhammad Al-Baqir,
6. Sayyidina Ja’far Shodiq,
7. Sayyidina Ali AL-Uroidi,
8. Sayyidina Muhammad Annaqib,
9. Sayyidina Sayyidina Isa Arrumi,
10. Sayyidina Ahmad Al-Muhajir Ilallah.
11. Sayyidina Ubaidillah,
12. Sayyidina Alawi,
13. Sayyidina Muhammad,
14. Sayyidina Alawi Muhammad,
15. Sayyidina Ali Choli’ Qosam,
16. Sayyidina Muhammad Shohibul Mirbath,
17. Sayyidina Alawi,
18. Sayyidina Amir Abdul Malik,
19. Sayyidina Abdulloh Khon,
20. Sayyidina Ahmad Syah Jalal,
21. Sayyidina Jamaludin Khusen,
22. Sayyidina Ibrohim Asmuro,
23. Sayyidina Ishak,
24. Sayyidina Ainul Yaqin (Sunan Giri),
25. Sayyidina Abdurrohman (Jaka Tingkir),
26. Sayyidina Abdul Halim (P. Benawa),
27. Sayyidina Abdurrohman (P. Samhud Bagda),
28. Sayyidina Abdul Halim,
29. Sayyidina Abdul Wahid,
30. Sayyidina Abu Sarwan.
31. Sayyidina KH. As’ari,
32. Sayyidina KH. Hasyim As’ari
33. Sayyidina KH. Abdul Wahid Hasyim
34. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
——————————
Mudah-mudahan Allah swt memuliakan Rosulullah, Keluarga besarnya, termasuk Gus Dur, dan umatnya di belahan dunia manapun ..


  • WASIAT GUSDUR

Jakarta, RMOL. Gus Dur telah tiada. Tapi, ajaran dan pesan-pesannya tetap abadi sepanjang masa. Sejumlah kerabat dan tokoh nasional mencatat wasiat Bapak Pluralisme itu sebelum wafat.
Wakil Ketua KPK, Chandra M Hamzah mengaku pernah diwasiati Gus Dur sebelum wafat. Hal itu terjadi ketika dia bertemu empat mata dengan Gus Dur sebelum dirawat di RSCM. Kata Chandra, dalam pertemuan yang berlangsung setengah jam itu, Gus Dur berpesan, Indonesia memerlukan orang berani dan nekat. "Intinya Gus Dur berpesan perlu orang-orang nekat untuk mengurus negara ini," ungkap Chandra.
Pesan itu, jelas Chandra, dijadikan pemicu semangat dan keberanian dirinya dan lembaganya dalam memberantas korupsi. “Saya memaknainya bukan sebagai amanat. Tapi saya sepakat kita harus punya keberanian dan ketegasan mengurus negara ini,” kata Chandra.
Chandra menambahkan, banyak nilai-nilai yang bisa ditauladani dari Gus Dur, salah satunya keberaniannya dalam mendukung pemberantasan korupsi. “Tidak banyak tokoh-tokoh yang berani di saat-saat sulit menyatakannya dengan bahasa yang tegas dan lugas,” kenangnya.
Chandra yang ikut menghadiri prosesi pemakaman Gus Dur di Jombang menjanjikan, akan merealisasikan pesan Gus Dur dengan menjadikan KPK ke depan akan lebih berani dan jujur.
Aktivis Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (Kompak), Ray Rangkuti menilai pesan Gus Dur yang disampaikan ke Chandra merupakan amanat untuk bangsa. “Itu amanah bagi generasi muda, dan bangsa, untuk jangan takut-takut dalam memerangi korupsi. Sekarang ini yang dibutuhkan bangsa adalah orang yang tidak takut terhadap halangan, sehingga sudah benar pesan Gus Dur itu bila untuk mengurus negara ini butuh orang yang nekat,” paparnya.Ray mengatakan, pesan Gus Dur itu sudah pas pada konteks untuk melawan korupsi yang saat ini sudah semakin akut. Romo Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Hubungan Antaragama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengungkapkan, ada satu pesan Gus Dur yang disampaikan ke dirinya.
"Saat itu Gus Dur berpesan agar kaum fundamentalis jangan dijauhi, tetapi harus dicintai," kata Romo Benny mengutip salah satu pesan Gus Dur.Ketua PBNU, Said Agil Siradj yang pernah ngobrol panjang bersama Gus Dur di RSCM mengungkapkan, Gus Dur berpesan agar kader-kader NU mengimplementasikan ajaran Islam yang toleran, Islam yang balance, jangan cenderung fanatik dan tidak selalu liberal.
“Saat menjenguk Gus Dur sakit, beliau banyak berbincang persoalan penegakkan hukum kasus Bank Century. Beliau (Gus Dur) minta kasus itu diusut tuntas,” kata Said Agil.
Wakil Sekjen PBNU, Saiful Bachri Anshori mengungkapkan, Gus Dur berpesan ke dirinya agar penegakan hukum dijalankan dengan benar. Karena demokrasi tanpa hukum bukan demokrasi.
“Gus Dur juga berpesan agar pemberantasan korupsi terus ditegakkan. Saya kira tidak ada orang yang meragukan komitmen Gus Dur soal ini,” kata Anshori.Khusus bagi warga NU, lanjutnya, Gus Dur berharap NU banyak melahirkan kader-kader muda yang progresif.
Sementara itu, orang dekat Gus Dur, Imam Mudzakkir mengaku, Gus Dur masih mempunyai mimpi soal kejayaan NU di tahun mendatang. Salah satunya, posisi Rois Aam PBNU yang kini diduduki KH Sahal Mahfud dapat dilanjutkan oleh KH Mustofa Bisri atau Gus Mus. “Beberapa kali saya bertemu beliau sebelum wafat, beliau bercerita secara terbuka soal keinginanya agar Gus Mus menjadi Rois Aam PBNU. Ini mungkin termasuk wasiat beliau,” kata Imam Mudzakkir.
Gus Mus adalah orang dekat Gus Dur sejak kecil dan sekarang memiliki jiwa kepemimpinan dan ketokohan yang tidak diragukan lagi. Buktinya, Gus Mus dalam prosesi pemakaman Gus Dur didaulat menjadi pembaca doa dari pihak keluarga.
“Gus Dur bilang, kalau Gus Mus jadi Rois Aam dan saya ketua dewan syuro, luar biasa mas nanti kita. Siapa yang tidak kenal kita," papar Imam menirukan Gus Dur.
Ketua Dewan Tanfidz DPP PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengaku menerima tiga wasiat dari Gus Dur untuk masa depan PKB. Pertama, keteladanan dan pendirian Gus Dur. Kedua, daya tahan dan kemandirian PKB sebagai partai yang berbasis Islam dan kebangsaan. Ketiga, menjadikan demokrasi sebagai solusi dan kultur politik nasional.
"Kami akan merangkul teman-teman yang berbeda, teman-teman yang tidak merasa disapa akan kita ajak. Pesan Gus Dur agar PKB tenang-tenang saja, agar PKB tumbuh dengan normal," ujar Muhaimin.
Sementara itu, istri Gus Dur, Sinta Nuriyah mengungkapkan, sebelum meninggal, Gus Dur telah memberikan isyarat ke dirinya dan keluarga. "Dia maunya Kamis malam Jumat di Tebuireng," kata Sinta.
Waktu itu, kata Sinta, Kamis malam Jumat terdekat adalah menjelang Natal 25 Desember 2009. Lalu Sinta bertanya pada Gus Dur, apakah tidak sebaiknya pada malam Jumat pekan berikutnya yang jatuh pada 31 Desember ini.
Lalu Gus Dur menjawab, "Pokoke Kamis malam Jumat aku di Tebuireng," kata Sinta menirukan Gus Dur.
Pernyataan itu kemudian dianggap Sinta sebagai wasiat. Sebuah wasiat bahwa Gus Dur yang meninggal pada Rabu 30 Desember pukul 18.45 itu ingin dimakamkan esoknya di Tebuireng. Dan persis, pada Kamis malam Jumat, jasad Gus Dur sudah bersemayam di sebuah makam yang berdekatan dengan makam kakek dan ayahnya yaitu KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim. [yan]



WARGA AUSTRALIA PUJI SOSOK "GUSDUR"

Kiprah KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur sebagai negarawan diakui banyak pihak. Perdana Menteri Australia Kevin Rudd pun mengakui peran penting Gus Dur dalam hubungan bilateral Indonesia dan Australia.

"Mantan presiden Wahid banyak dikagumi dan dihormati. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga banyak warga Australia dan warga lainnya di seluruh kawasan kita," ujar Rudd dalam keterangan pers yang diterima redaksi detikcom, (1/1/2010).

Rudd menjelaskan kunjungan bersejarah Gus Dur ke Australia pada tahun 2001, bernilai penting bagi hubungan kedua negara. Sejak tahun 1975, baru pada era Gus Dur seorang Presiden RI mengunjungi negeri kanguru itu.

"Kunjungan itu sangat berarti untuk hubungan bilateral Australia-Indonesia dan memberi landasan positif bagi hubungan Australia-Indonesia di tahun-tahun berikutnya," jelas Rudd.
Rudd pun menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Gus Dur. Menurutnya Gus Dur sangat berpengaruh sebagai seorang pemimpin Islam moderat di Indonesia dan pendukung toleransi etnis dan keagamaan.

"Bela sungkawa kami tujukan secara khusus kepada keluarga almarhum, termasuk istri dan empat putri yang ditinggalkannya," pungkas Rudd.

  • TANGIS PMII-PMKRI UNTUK GUSDUR-FRANS SEDA
VIVAnews - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menggelar renungan bersama mengenang dua tokoh bangsa, yakni Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Frans Seda. Renungan tersebut mereka lakukan saat arah jarum jam menunjukkan pukul 00:00 Waktu Indonesia Tengah, 1 Januari 2010.

Renungan yang diikuti sekitar 50 orang orang tersebut merupakan acara dalam merayakan pergantian tahun 2009 ke 2010, yang difokuskan untuk mengenang dua tokoh tersebut. Renungan digelar di Sekertariat PMKRI Sulsel, di Jalan Dr. Soetomo, Makassar.
”Di penghujung 2009, kita baru saja ditinggalkan dua tokoh bangsa, yakni Gus Dur dan Frans Seda. Kami mau menghabiskan malam ini dengan mengenang mereka, tanpa hura-hura,” kata Febrianus, ketua PMKRI Sulawesi Selatan, Jumat, 1 Januari 2010.

Dua organisasi berbasis agama itu menganggap Gus Dur dan Frans Seda merupakan dua tokoh yang patut dikenang. Keduanya, tambah Febri adalah sosok yang sangat gigih dan teguh pendirian. Keduanya juga memiliki kesamaan dari sisi kemanusiaan dan cara pandang.

”Keduanya, meski berbeda ideologi, tapi sangat peduli terhadap keberagaman dan kebersamaan. Nilai-nilai humanis mereka tidak terbantahkan,” ujarnya.
Dengan kekuatan itu, Febri berharap, semangat tersebut tetap tertanam di hati sanubari masyarakat Indonesia. Bagi Febri, kedua tokoh tersebut patut dicontoh, dan ajaran-ajarannya perlu dilestarikan di bangsa yang sangat plural ini.

Pantauan VIVAnews, Suasana haru dan isak tangis tampak terlihat dari sejumlah peserta renungan saat mereka mendoakan dua tokoh bangsa tersebut. Tampak puluhan lilin dan juga dua foto milik Gus Dur dengan Frans Seda terpampang di tengah-tengah peserta renungan. Kegiatan tersebut baru berakhir sekitar pukul 01:40 Wita, dini hari tadi.

  • GUSDUR WAFAT, SULTAN KHAWATIR SOAL PLURALISME
Liputan6.com, Yogyakarta: Sri Sultan Hamengku Buwono X khawatir masalah keragaman dan plurarisme tidak ada yang merawat, setelah Abdurrahman Wahid wafat. Bahkan, ujar Sultan di Yogyakarta, Kamis (31/12), kekhawatiran ini juga dialami sejumlah kalangan yang merasa kehilangan setelah ditinggal Gus Dur.

"Saat ini belum ada pemimpin atau tokoh di negeri ini yang bisa menyamai seperti Gus Dur," ucap Sri Sultan. Alasan Gubernur DIY, yang selama ini mampu merangkul seluruh kelompok di masyarakat hanyalah Gus Dur. Pemimpin sekarang, jelas Sultan, selalu mengedepankan ekonomi untuk kesejahteraan, bukan kebudayaan untuk peradapan bangsa.

Sri Sultan juga menyampaikan penyesalannya karena tidak bisa hadir pada pemakaman mantan presiden ke-4 RI itu di Jombang, Jawa Timur, karena kesulitan tranportasi.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur Kamis (31/12), diiringi isak tangis. Pemakaman yang berlangsung pukul 13:35 diawali dengan upacara, dipimpin Presiden Yudhoyono [baca: Isak Tangis Iringi Pemakaman Gus Dur]. (ETA)

  • GUSDUR SUKA BICARA CEPLAS CEPLOS
Liputan6.com, Jakarta: Almarhum mantan Presiden Abdurahman Wahid adalah tipikal orang yang berbicara apa adanya. Kebiasaan ceplas ceplos tak jarang membuat merah kuping orang yang dibicarakannya. Sebuah kalimat jenaka Gus Dur yang sangat melekat di masyarakat adalah "gitu aja kok repot".

Salah satu ucapan Gus Dur lainnya yang tidak akan pernah dilupakan publik adalah ketika Gus Dur tahun 1999 di depan sidang paripurna DPR memberikan penjelasan tentang keputusannya membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Gus Dur menilai DPR seperti taman kanak-kanak.

Cucu pendiri Nahdlatul Ulama juga dikenal sebagai orang yang punya rasa humor tinggi. Ketika diserang lawan-lawan politiknya, tak jarang Gus Dur menangggapinya dengan enteng. Meski ucapan sering menuai kecaman, masyarakat terutama kalangan nahdliyin, begitu mencintainya.(JUM/AYB)

  • BAPAK BANGSA ITU BERANI AMBIL TEROBOSAN
Liputan6.com, Jakarta: Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur adalah tokoh muslim Indonesia dan pemimpin politik yang akhirnya menjadi presiden ke-4 RI pada 1999. Gus Dur menggantikan Presiden BJ Habibie kala itu setelah dipilih MPR hasil pemilihan umum 1999.
Nahdlatul Ulama atau NU menjadi awal karier politik Gus Dur. Pada Musyawarah Nasional NU 1984 mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar NU.

Pada Juli 1997 merupakan awal krisis finansial Asia. Almarhum Presiden Soeharto semasa memimpin Indonesia mulai kehilangan kendali atas situasi ini. Gus Dur didorong melakukan reformasi dengan Megawati Sukarnoputri dan Amien Rais.

Seiring jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk. Pada Juni 1998 banyak orang dari NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Maka pada Juli 1998 berdirilah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Peraih gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India itu dipercaya duduk sebagai ketua dewan penasehat.

Masa kepresidenan Gus Dur dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada 2001. Gus Dur diganti Megawati Sukarnoputri setelah mandatnya dicabut MPR.

Gus Dur juga dikenal sebagai pemimpin kharismatik dan berani mengambil sejumlah terobosan. Setelah terpilih sebagai presiden, Gus Dur membentuk Kabinet Persatuan Nasional. Kabinet koalisi ini meliputi anggota berbagai partai politik: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, PKB, Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan.

Awal pemerintahannya, Gus Dur melakukan dua reformasi pemerintahan. Pertama ia membubarkan Departemen Penerangan. Kedua Gus Dur membubarkan Departemen Sosial yang korup. Saat menjadi presiden, pria berjuluk Bapak Tionghoa itu mengumumkan Tahun Baru Cina atau Imlek menjadi hari libur nasional pada Januari 2001. Ia juga mengusulkan TAP MPRS Nomor XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

Namun kini pemimpin besar dan ulama kharismatik itu dipanggil Maha Kuasa dalam usia 69 tahun. Selamat jalan Gus Dur. Kami kehilangan keberanian, keluwesan memimpin negeri ini dan terutama sekali: canda-canda segarmu [baca: SBY Jadi Inspektur Upacara Pemakaman Gus Dur].(AIS)

  • GUSDUR DIKENAL TEGAS DAN HUMORIS
Liputan6.com, Jakarta: Perjalanan bersama almarhum Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur ke sebuah pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur, sangat berkesan bagi Muhammad Nuh, tetangga Gus Dur. "Baru dua minggu lalu saya pergi ke Pesantren Jombang," tutur Nuh di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (31/12) pagi yang turut berduka atas kepergian sang Bapak Bangsa. Ia tak menyangka perjalanan itu adalah yang terakhir buat dia.

Bagi Nuh, almarhum Gus Dur memiliki kepribadian yang patut ditiru. "Beliau adalah orang yang tegas dan humoris," ucap Nuh. Pria bertubuh langsing itu juga mengagumi Gus Dur sebagai pribadi yang tak pernah dendam terhadap siapapun. Selain itu, tambah Nuh, penerima penghargaan Ramon Magsaysay Award itu juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan warganya.

Saat Gus Dur berada di Jombang untuk berziarah ke makam sejumlah tokoh lama NU, gula darah Gus Dur turun drastis. Pria berusia 68 tahun itu mendadak dilarikan ke rumah sakit setempat. Kondisi Gus Dur menurun saat akan berziarah ke makam Kiai Haji Wahab Hasbuloh. "Kadar gula Bapak turun hingga 76," kata Dhohir Farisi, suami Yenny Wahid [baca: Kesehatan Gus Dur Ambruk di Jombang].(AIS)


  • HMI: KEBERANIAN GUSDUR DICATAT SEJARAH
Jakarta, RMOL. Selain toleran, Gus Dur merupakan sosok yang teguh memegang prinsip dan konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai demokrasi.Demikian disampaikan Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bidang Dakwah dan Pengembangan Pemikiran Islam, Rudi Ismawan, kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Kamis, 31/12).

“Di tangan Gus Dur, pemahaman ke-Islaman dan wawasan kebangsaan menjadi satu. Dua hal yang belum selesai di era Soekarno itu dapat diselesaikan dengan baik oleh Gus Dur. Meski tak menyebut demokrasi religius, Gus Dur telah membangunan tatanan demokrasi dan pluralisme yang berdasar dari ajaran Islam. IMM merasa kehilangan dan turut berbelasungkawa atas wafatnya Gus Dur. Mungkin, dalam 100 tahun, Indonesia baru bisa melahirkan kembali sosok seperti Soekarno dan Gus Dur,” kata Rudi.Menurut Rudi, kebesaran hati dan keteguhan Gus Dur dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) patut ditiru oleh setiap generasi dan pemimpin Indonesia. [yan]
  • HASYIM MUZADI UNGKAP PESAN TERAKHIR GUSDUR
Jakarta, RMOL. Indonesia kehilangan tokoh berkarakter yang berani mengambil risiko sebagai pemimpin.
Begitu disampaikan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi, beberapa saat lalu saat tiba di RS Cipto Mangunkusumo (Rabu malam, 30/12).
NU adalah yang paling kehilangan, katanya lagi. KH Hasyim Muzadi mengatakan, dalam dekade terakhir ini belum ada tokoh sebesar Gus Dur, baik dari hal pemikiran dan konsistensi perjuangannya.
“Orisinal, Gus Dur orang yang luar biasa,” ujar KH Hasyim Muzadi yang menggantikan Gus Dur sebagai Ketua PB NU.
Hasyim Muzadi terakhir kali bertemu Gus Dur dua pekan lalu. Saat itu dia datang bersama keluarga. Ketika itu, Hasyim Muzadi melihat Gus Dur sudah kelelahan.
“Tetapi ia pantang mengeluh. Apapun deritanya, beliau tidak mengeluh. Dia tanggung sendiri,” ujarnya.
Pesan terakhir Gus Dur pada Hasyim adalah agar NU dijaga baik-baik.[guh]
  • GUSDUR YANG PERTAMA DIALOG DENGAN SEPARATIS
Jakarta, RMOL. The Australian: Yang Pertama Dialog dengan Separatis Kepergian Abdurrahman Wahid juga menjadi pembicaraan di negeri tetangga, Australia.
Harian The Australian edisi Kamis, 31 Desember 2009, mengenang mantan Presiden RI ini sebagai seorang tokoh bangsa yang memiliki komitmen kuat terhadap prinsip-prinsip demokrasi. Gus Dur juga dikenang sebagai tokoh yang kerap memberikan pembelaan kepada kelompok lemah, termasuk kelompok minoritas Tionghoa dan Kristen di Indonesia.
“Beberapa keputusan kunci di masa pemerintahannya adalah bukti dari komitmennya pada demokrasi. Mr. Wahid mengunjungi Timor Timur untuk menyampaikan permintaan maaf atas kriminalitas Indonesia di masa lalu. Dia juga membangun komitmen publik yang begitu besar dengan menggelar pertemuan rutin di Jakarta dengan pemimpin Timor Timur seperti Xanana Gusmao dan Jose Ramos Horta. Beliau juga melibatkan Indonesia dalam membantu membangun Timor Timur sebagai negara yang sukses,” tulis The Australian.
Di dalam hubungan bilateral Indonesia-Australia, Gus Dur juga dikenang sebagai salah seorang pendukung hubungan baik kedua negara. Walaupun ada beberapa elemen dari kebijakan Australia mengenai Timor Timur yang tidak disukai Gus Dur, tetapi Gus Dur yang lahir di Jombang 69 tahun lalu itu tetap mengunjungi Australia.
Ia membuat keputusan yang jelas dan positif bahwa adalah kepentingan Indonesia untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara.
The Australian juga mengenang upaya Gus Dur mengadili Soeharto, penguasa Orde Baru. Walaupun gagal, namun upaya itu cukup membantu dalam menegakkan moral politik di Indonesia.
Poin lain yang dicatat oleh The Australian adalah keberanian Gus Dur menegakkan supremasi sipil dan menggeser supremasi militer yang sepanjang masa Orde Baru menjadi hukum alam yang tidak terbantahkan. Gus Dur juga dikenang The Australian sebagai pemimpin Indonesia pertama yang membuka dialog perdamaian dengan kelompok separatis di Aceh dan Papua. [guh]
  • SANG PEJUANG DEMOKRASI
Jakarta, RMOL. Pemikiran dan sikap Gus Dur yang nyeleneh membuatnya gagal memimpin Indonesia selama lima tahun .
Demikian disampaikan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Arip Mustopa, kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Kamis, 31/12).
“Namun, keberaniannya mengambil amanah tersebut di tengah krisis kepemimpinan nasional dan menguatnya isu SARA ketika itu, akan dicatat sebagai keberanian yang bersejarah. Bangsa Indonesia memperoleh hikmah dari sejarah hidup dan gagasan-gagasan beliau,” kata Arip.
Menurut Arip, Gus Dur akan dikenang sebagai seorang pejuang demokrasi, pluralisme, kebebasan, kerukunan antara umat beragama dan keberpihakan pada kaum minoritas. Gus Dur juga, kata Arip, akan dikenang sebagai penganjur Islam yang moderat dan inklusif. [yan]
  • GUSDUR DIMATA GEORGE JUNUS ADITJONDRO
Jakarta, RMOL. Di dalam buku “Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga, Istana, Tangsi dan Partai Penguasa” yang ditulis dan diterbitkan George Junus Aditjondro tahun 2006 lalu ada bagian yang menyoroti nepotisme di era pemerintahan Abdurrahman Wahid.
“Tetapi beliau tidak menghambat, tidak menekan, juga tidak meminta bagian itu disensor,” ujar George ketika dihubungi (Kamis, 31/12).
Buku yang diterbitkan oleh LKiS, sebuah penerbitan yang berafiliasi dengan NU, menguliti praktik KKN yang bertranformasi dari rezim Soeharto ke rezim-rezim setelahnya, Habibie, Megawati, dan Gus Dur hingga SBY.
Mengenai Gus Dur, di halaman 25 buku itu misalnya, George menulis, “Memang, rezim Gus Dur patut diberikan jempol karena berani mengambil langkah-langkah menegakkan supremasi sipil dan mulai mengadili Soeharto. Namun, dalam hal membiarkan nepotisme keluarga Wahid serta kroniisme para pendukungnya dari lingkungan NU dan PKB, Gus Dur belum banyak bergeser dari tradisi Soeharto.”
“Walhasil, skandal Bulog-gate I dan Brunei-gate memberikan umpan kepada lawan-lawan politiknya untuk menggulingkan dia atas nama “pemberantasan KKN di lingungan penyelenggara negara”. Padahal saat itu wacana politik tingkat nasional sudah mulai dijangkiti kecaman-kecaman terhadap Taufiq Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden yang dijagokan untuk menggantikan Gus Dur.”
Pada bagian selanjutnya, sebut George, buku itu juga menyoroti bagaimana orang-orang di sekitar Gus Dur berusaha untuk mendapatkan proyek pemerintah, dan ada juga yang menjadi makelar kasus BLBI.
“Saya tidak perlu sebutkan secara rinci. Tetapi yang jelas Gus Dur tidak melarang dan tidak marah. Menurut saya Gus Dur jauh lebih demokrat dibandingkan orang yang menyebut dirinya Partai Demokrat,” ujarnya.
George Junus Aditjondro menambahkan bahwa ia tak sepakat bila Gus Dur disebut sebagai tokoh kontroversial.
Menurut investigator korupsi ini, Gus Dur adalah tokoh yang berfikir jauh ke depan, melewati zamannya.
"Beliau bukan skripturalis yang terpaku pada teks dan kaku. Beliau banyak ijtihad dan melakukan penafsiran dengan menggunakan pikiran. Dia berani mengusulkan penghapusan TAP MPR yang mengekang HAM, misalnya," ujar George kepada Rakyat Merdeka Online (Kamis, 31/12).
Menurut George dirinya tidak terlalu berduka dengan kepergian Gus Dur. Perasaan ini karena menurutnya Gus Dur telah melakukan begitu banyak hal untuk bangsa Indonesia. Hasil karya Gus Dur ini akan kekal abadi.
"Saya melihat beliau sebagai agamawan, ilmuwan dan seniman. Gus Dur tokoh yang paripurna," demikian GJA. [guh]
  • MULTITALENTA, TIPOLOGI GUSDUR SULIT LAHIR DI BUMI INDONESIA
Jakarta, RMOL. Sosok Gus Dur memang unik. Dia memiliki talenta dan ciri khas yang sulit dimiliki oleh tokoh lain. Dalam 100 tahun ke depan, orang seperti Gus Dur belum tentu akan lahir lagi dari bumi Indonesia.“Gus Dur itu tokoh langka yang belum tentu dimiliki banga ini dalam kurun waktu 100 tahun ini. Pemikirannya berpengaruh dalam lintas bidang, tidak saja agama, namun juga sosial, politik dan budaya,” kata Direktur Eksekutif Charta Politica, Bima Arya Sugiarto, kepada Rakyat Merdeka Online (Kamis, 31/12).
Di samping itu, kata Bima, Gus Dur merupakan negarawan multitalenta yang kontribusinya tak ternilai dalam hal perlindungan minoritas, penghargaan pluralisme dan tentu saja penguataan demokrasi dan HAM. Ditambahkannya, pada zaman Gus Dur lah, banyak pemikir-pemikir muda Islam bisa tumbuh dan berkembang.
“Gus Dur punya jasa dalam memberikan ruang yang luas bagi inteletual muda Islam sebagai generasi baru untuk berkiprah dan melakukan pembaharuan pemikiran,” demikian Bima. [zul]

Senin, 09 November 2009

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN


Kyai Abbas Buntet Cirebon

Pemimpin Perang 10 Nopember 1945 di Surabaya




Sebuah Fakta Sejarah versi Santri

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka setelah penjajah Jepang tidak berdaya. Pada tanggal 29 September 1945 tentara sekutu (Inggris) yang bertugas sebagai Polisi Keamanan mendarat di berbagai kota besar di Jawa dan Sumatra, di antaranya adalah di kota Surabaya. Mereka bermaksud untuk melucuti persenjataan tentara Jepang. Ternyata, Belanda membonceng tentara Inggris dan melakukan tindakan-tindakan anarkis.

Tentu rakyat Indonesia yang telah merdeka tidak ingin kedaulatannya dikoyak-koyak kembali oleh Belanda. Maka meletuslah perang dahsyat yang terkenal dengan “Perang 10 November”. Namun rakyat Surabaya tidak dapat berbuat banyak, bahkan telah mundur ke luar kota Surabaya. Selain itu, mereka juga menunggu kiai dari sang Macan Jawa Barat ( Cirebon ). Karena menurut Khadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari perlawanan akan dimulai nanti kalau sudah datang ulama dari Cirebon. Dan ulama yang dimaksud adalah KH. Abbas. Fakta sejarah tersebut, diakui oleh santri sebagai bukti bahwa Kiai Abbas adalah pemimpin pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Salah satu bukti sejarah yang memperkuat indikasi bahwa Kyai Abbas adalah Pemimpin Pertempuran 10 November di Surabaya adalah penuturan Abdul Wachid, satu-satunya pengawal Kiai Abbas yang memberikan kesaksian secara tertulis melalui H. Samsu pada tahun 1998.

Berikut penuturannya :

Pada hari itu, kalau tidak salah, tanggal 6 November 1945 saya dengan tiga orang yaitu Usman, Abdullah dan Sya’rani mendapat tugas dari Detasemen Hizbullah Resimen XII/SGD untuk mengawal Kyai Abbas ke front Surabaya.

Pada jam 06.30 rombongan kami, dengan diiringi pasukan Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif Hidayat meninggalkan Markas Detasemen menuju stasiun Prujakan Cirebon. Rombongan kami, selain tiga pengawal serta Kiai Abbas, juga ikut Kiai H. Achmad Tamin dari Losari sebagai pendamping Kiai Abbas. Selanjutnya kami naik Kereta Api Express. Pada waktu itu, Kyai Abbas mengenakan jas buka abu-abu, kain sarung plekat bersorban dan beralas kaki trumpah (sandal japit kulit). Kiai Abbas menyerahkan sebuah kantong pada saya. Setelah saya raba-raba, ternyata isinya sandal bakyak. Saya sempat heran bahkan tertawa sendiri, untuk apa sandal bakyak ini? Bukankah Kiai sudah memakai trumpah? Atau senjata perang? Masa senjata kok bakyak?

Pada sekitar jam 17.00, kereta api yang kami tumpangi telah masuk di stasiun Rembang Jawa Tengah. Ternyata sudah banyak orang yang menunggu. Lalu kami diantar ke Pondok Pesantren Kiai Bisri di Rembang. Pada malam harinya, ba’da salat isya, para ulama yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 15 orang, mengadakan musyawarah untuk menentukan komando / pemimpinan pertempuran di Surabaya. Hasil musyawarah memutuskan bahwa komado pertempuran dipercayakan kepada Kiai Abbas.

Ba’da shalat shubuh, pondok pesantren Rembang sudah ramai. Para santri sudah siap berangkat ke Surabaya, dan banyak pula yang berseragam Hizbullah. Di halam masjid sudah ada dua mobil sedan kuna yang berkapasitas empat orang penumpang. Bapak Kyai Abbas memanggil saya dan rekan-rekan pengawal dari Cirebon. Beliau meminta bingkisan (sandal bakyak) yang dititipkannya pada saya. Beliau juga menyuruh kepada kami, pengawal dari Cirebon, untuk tidak ke mana-mana sampai beliau kembali dari Surabaya.

Setelah itu, Kiai Abbas naik salah satu mobil dengan Kiai Bisri di jok belakang sementara H. Achmad Tamin duduk di depan dengan sopir. Sedang sedan yang satunya lagi berpenumpang empat orang kiai yang saya sendiri tidak tahu namanya. Dengan diiringi pekik takbir “ALLAHUAKBAR!!!”, dan pekik MERDEKA !!! yang saling bersahutan, rombongan kiai itu perlahan-lahan bergerak meninggalkan pondok pesantren Rembang.

Sudah hampir sepekan kami berada di Pondok pesantren Rembang. Tiada kabar berita apa-apa. Ini membuat kami gelisah. Ingin rasanya menyusul ke Surabaya kalau saja tidak ada pesan dari Kyai untuk tidak boleh ke mana-mana. Baru pada tanggal 13 November 1945, ada beberapa laskar Hizbullah (santri pondok pesantren Rembang) yang datang. Kedatangannya disambut oleh santri-santri termasuk kami dan langsung dibrondong pertanyaan-pertanyaan tentang situasi peperangan Kota Surabaya.

Menurut cerita santri Rembang yang baru datang tersebut, begitu rombongan para kiai datang, langsung disambut dengan gemuruh takbir dan pekik merdeka. Lalu para kiai tersebut masuk ke masjid dan melakukan shalat sunnah. Kemudian Kiai dari Cirebon (Kiai Abbas-red) memerintahkan kepada pendamping beliau (Kyai H. Achmad Tamin-red) untuk berdoa di tepi kolam masjid. Dan kepada Kyai Bisri dari Rembang beliau (Kiai Abbas-red) memohon agar memerintahkan para laskar / pemuda-pemuda yang akan berjuang untuk mengambil air wudlu dan meminum air yang telah diberi doa. Segera saja para laskar / pemuda-pemuda itu berebutan, bahkan ada yang merasa kurang dengan hanya berwudlu dan menerjunkan diri masuk ke dalam kolam.

Kemudian, bagaikan lebah keluar dari sarangnya, pemuda-pemuda dari segala lapisan Badan Perjuangan AREK-AREK SUROBOYO menyerbu Belanda dengan diringi takbir dan pekik merdeka yang bergemuruh di seluruh penjuru kota Surabaya yang disambut dengan rentetan tembakan gencar dari serdadu Belanda. Korban dari kedua belah pihak pun tak terelakkan berjatuhan, terutama dari pihak kita yang hanya bersenjata bambu runcing, pentungan atau golok seadanya yang disongsong dengan semburan peluru dari berbagai senjata otomatis modern. Sungguh tragis dan mengerikan.

“Kami dengan para kyai berada di tempoat yang agak tinggi, jadi jelas sekali dapat melihat keadaan di bawah sana”, jelas santri Rembang yanag ternyata pengawal Kiai Bisri Rembang. Saat itu, lanjut cerita santri Rembang, Kiai Cirebon (Kiai Abbas-Red) mengenakan alas kaki sandal bakyak berdiri tegak di halaman masjid. Kemudian beliau membaca doa dengan menengadahkan kedua tangannya ke langit. Kiranya do’a beliau terkabulkan. Saya melihat dengan mata kepala sendiri keajaiban yang luiar biasa. Beribu-ribu alu (penumbuk padi) dan lesung (tempat padi saat ditumbuk) dari rumah-rumah rakyat berhamburan terbang menerjang serdadu-serdadu Belanda. Suaranya bergemuruh bagaikan air bah sehingga Belanda kewalahan dan merekapun mundur ke kapal induk mereka. Tidak lama kemudian, pihak sekutu mengirim pesawat Bomber Hercules. Akan tetapi pesawat itu tiba-tiba meledak di udara sebelem bereaksi. Kemudian beberapa pesawat sekutu berturut-turut datang lagi yang maksudnya akan akan menjatuhkan bom-bom untuk menghancurkan Kota Surabaya, namun beberapa pesawat itupun mengalami nasib yang sama, meledak di udara sebelum beraksi. “disitulah kehebatan Kiai Cirebon (Kiai Abbas-Red) yang dapat saya saksikan sendiri”, tandas santri Rembang meyakinkan para santri.

Keesokan harinya, lanjut cerita santri Rembang, pihak musuhpun datang lagi berbondong-bondong berupa kompi tang-tang / mobil baja dan truk-truk menyerang kubu-kubu pertahanan tentara / laskar kita yang didiringi oleh dentuman kanon dan mortir serta rentetan tembakan tembakan 12,7 dari pesawat udara yang cukup banyak jumlahnya sehingga tentara dan laskar kita banyak yang gugur dan terpaksa mundur di pinggir kota Surabaya. Menjelang malam hari tiba, pertempuran baru agak mereda. Hanya beberapa tembakan kecil saja yang masih terdengar di sana sini. Kemudian kami diperintah pulang oleh Pak Kyai (Kyai Bisri-red) untuk menyampaikan berita keadaan di front Surabaya kepada kelaurga dan warga Pondok Pesantren bahwa Pak kyai dan para ‘Alim ‘Ulama lainnya dalam keadaan selamat sehat wal ‘afiat. Dan dianjurkan kepada semua warga pondok dan masyarakat Rembang untuk berdoa memohon kepada Allah SWT atas perlindungan, keselamatan dan kemenangan bagi para pejuang kita yanag dalam pertempuran melawan dan mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia.

Tiga hari kemudian, menjelang pagi, Kiai Abbas dengan pendampingnya Kyai H. Achmad Tamin dan Kyai Bisri Rembang serta beberapa Kyai lainnya datang. Kami tidak banyak memperoleh informasi dari beliau-beliau tentang kejadian Surabaya. Setelah shubuh, kami para pengawal dari Cirebon diperintahkan berkemas-kemas untuk pulang kembali ke Cirebon.

Dengan menumpang Kereta Api Express jam 06.00, kami bertolak meninggalkan Rembang dan tiba di Cirebon dengan selamat pada jam 17.30. sepanjang perjalanan dari Rembang ke Cirebon, tidak banyak yang kami bicarakan, karena Kyai Abbas dalam kelelahan dan kantuk yang amat sangat karena selama di Surabaya beliau kurang istirahat dan kurang tidur.

Jumat, 30 Oktober 2009

VISI DAN MISI PMII


Visi dasar PMII;

Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi kebangsaan. Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke-Islaman yang inklusif, toleran dan moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.


Misi dasar PMII;

Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk


ARTI LAMBANG PMII


ARTI LAMBANG PMII
Pencipta Lambang: H. Said Budairi



1. Bentuk

Perisai berati Ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
Bintang adalah melambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
5 (Lima), bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah SAW dengan empat sahabat terkemuka (Khulafaur Rasyidin).

4 (Empat), bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan Ahlusunnah Wal-jama’ah.

9 (Sembilan), bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat berati ganda, yakni :
Rasulullah dan empat orang sahabat serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
Sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut WALI SONGO.


2. Warna
Biru, sebagaimana lukisan PMII, berati kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
Biru Muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berati ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
Kuning, sebagaimana warna dasar perisai-perisai sebelah bawah, berati identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.

3. Penggunaan
Lambang digunakan pada : papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket/pakaian, kartu anggota PMII dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk menunjukan identitas organisasi.
Ukuran lambang disesuaikan dengan besar wadah penggunaan.

Aswaja

I. Pengantar

Telaah terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah ( Aswaja ) sebagai bagaian dari kajian keislaman –merupakan upaya yang mendudukkan aswaja secara proporsional, bukannya semata-mata untuk mempertahankan sebuah aliran atau golongan tertentu yang mungkin secara subyektif kita anggap baik karena rumusan dan konsep pemikiran teologis yang diformulasikan oleh suatu aliran, sangat dipengaruhi oleh suatu problem teologis pada masanya dan mempunyai sifat dan aktualisasinya tertentu.
Pemaksaan suatu aliran tertentu yang pernah berkembang di era tertentu untuk kita yakini, sama halnya dengan aliran teologi sebagai dogma dan sekaligus mensucikan pemikiran keagamaan tertentu. Padahal aliran teologi merupakan fenomena sejarah yang senantiasa membutuhkan interpretasi sesuai dengan konteks zaman yang melingkupinya. Jika hal ini mampu kita antisipasi berarti kita telah memelihara kemerdekaan (hurriyah); yakni kebebasan berfikir (hurriyah al-ra’yi), kebebasan berusaha dan berinisiatif (hurriyah al-irodah) serta kebebasan berkiprah dan beraktivitas (hurriyah al-harokah) (Said Aqil Siradj : 1998).
Berangkat dari pemikiran diatas maka persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana meletakkan aswaja sebagai metologi berfikir (manhaj al-fikr)?.Jika mengharuskan untuk mengadakan sebuah pembaharuan makna atau inpretasi, maka pembaharuan yang bagaimana bisa relevan dengan kepentingan Islam dan Umatnya khususnya dalam intern PMII. Apakah aswaja yang telah dikembangkan selama ini didalam tubuh PMII sudah masuk dalam kategori proporsional? Inilah yang mungkin akan menjadi tulisan dalam tulisan ini.


II. Aswaja Dan Perkembangannya

Melacak akar-akar sejarah munculnya istilah ahlul sunnah waljamaah, secara etimologis bahwa aswaja sudah terkenal sejak Rosulullah SAW. Sebagai konfigurasi sejarah, maka secara umum aswaja mengalami perkembangan dengan tiga tahab secara evolutif. Pertama, tahab embrional pemikiran sunni dalam bidang teologi bersifat eklektik, yakni memilih salah satu pendapat yang dianggap paling benar. Pada tahab ini masih merupakan tahab konsolidasi, tokoh yang menjadi penggerak adalah Hasan al-Basri (w.110 H/728 M). Kedua, proses konsolidasi awal mencapai puncaknya setelah Imam al-Syafi’I (w.205 H/820 M) berhasil menetapkan hadist sebagai sumber hukum kedua setelah Al- qur’an dalam konstruksi pemikiran hukum Islam. Pada tahab ini, kajian dan diskusi tentang teologi sunni berlangsung secara intensif. Ketiga, merupakan kristalisasi teologi sunni disatu pihak menolak rasionalisme dogma, di lain pihak menerima metode rasional dalam memahami agama. Proses kristalisasi ini dilakukan oleh tiga tokoh dan sekaligus ditempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan, yakni; Abu Hasan al-Asy’ari (w.324 H/935 M)di Mesopotamia, Abu Mansur al-Maturidi (w.331 H/944 M) di Samarkand, Ahmad Bin Ja’far al-Thahawi (w.331 H/944 M) di Mesir. ( Nourouzzaman Shidiqi : 1996). Pada zaman kristalisasi inilah Abu Hasan al-Asy’ari meresmikan sebagai aliran pemikiran yang dikembangkan. Dan munculnya aswaja ini sebagai reaksi teologis-politis terhadap Mu’tazilah, Khowarij dan Syi’ah yang dipandang oleh As’ari sudah keluar dari paham yang semestinya.
Lain dengan para Ulama’ NU di Indonesia menganggap aswaja sebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (Keadilan). Perkembangan selanjutnya oleh Said Aqil Shiroj dalam mereformulasikan aswaja sebagai metode berfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berdasarkan atas dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi, tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern. Dari sinilah PMII menggunakan aswaja sebagai manhaj al fikr dalam landasan gerak.


III. Aswaja Sebagai Manhaj al-fikr

Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat dikategorikan menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok rasioalis yang diwakili oleh aliran Mu’tazilah yang pelapori oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang munculkan oleh Ibnu Taimiyah serta generasi berikutnya. Ketiga, kelompok yang pemikirannya terfokuskan pada politik dan sejarah kaum muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan Khawarij, dan keempat, pemikiran sintetis yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
Didalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak relevasinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan kelompok apapun.
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali diintrodusir oleh Kang Said (panggilan akrab Said Aqil Siradj) dalam sebuah forum di Jakarta pada tahun 1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai produk intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima begitu saja tanpa ada discourse panjang dan mendalam dari pada dipandang sebagai upaya ‘merusak’ norma atau tatanan teologis yang telah ada. Dalam perkembangannya, akhirnya rumusan baru Kang Said diratifikasi menjadi konsep dasar aswaja di PMII. Prinsip dasar dari aswaja sebagai manhajul fikri meliputi ; tawasuth (mederat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang). Aktualisasi dari prinsip yang pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak terjebak pada mengagung-agungkan akal) karena martabat kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana dia menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah keterkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu dan akal sehingga kita tidak terjebak pada paham skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme. Selanjutnya, dalam konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan sampai pada keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita memaksakan keyakinan apalagi hanya sekedar pendapat kita pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah sebatas menyampaikan dan mendialiektikakakan keyakinan atau pendapat tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas individu dan hidayah dari Tuhan. Ini adalah menifestasi dari prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul fikri. Dan yang terakhir adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari prinsip tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu perilaku individu yang bersifat sosial maupun dalam konteks politik sekalipun. Ini penting karena seringkali tindakan atau sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini disusupi oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak seharusnya. walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit atau bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak memiliki keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan terhadap netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa memandang dan menposisikan segala sesuatu pada proporsinya masing-masing adalah sikap yang paling bijak, dan bukan tidak mengambil sikap karena itu adalah manifestasi dari sikap pengecut dan oportunis.


IV. Penutup

Ini bukanlah sesuatu yang saklek yang tidak bisa direvisi atau bahkan diganti sama sekali dengan yang baru, sebab ini adalah ‘hanya’ sebuah produk intelektual yang sangat dipengaruhi ruang dan waktu dan untuk menghindari pensucian pemikiran yang pada akhirnya akan berdampak pada kejumudan dan stagnasi dalam berpikir. Sangat terbuka dan kemungkinan untuk mendialektikakan kembali dan kemudian merumuskan kembali menjadi rumusan yang kontekstual. Karena itu, yakinlah apa yang anda percayai saat ini adalah benar dan yang lain itu salah, tapi jangan tutup kemungkinan bahwa semuanya itu bisa berbalik seratus delapan puluh derajat.

SEJARAH PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:


1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.

Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.


Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.


Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma’il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahsiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:


1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
2. M. Said Budairy (Jakarta)
3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4. Makmun Syukri (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. Ismail Makki (Yogyakarta)
7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
9. Laily Mansyur (Surakarta)
10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
12. M. Kholid Narbuko (Malang)
13. Ahmad Hussein (Makassar)


Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.


Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.
Independensi PMII


Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.


Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.


Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.

Foto Gerakan Perjuanganku





Selasa, 13 Oktober 2009

In Patimban Part II



Ini adalah kenang-kenangan waktu bareng-bareng sama rekan-rekan Asatidz ketika melepas kejenuhan satu hari setelah melaksanakan dan ngawas Prosesi Ujian Akhirus Sanah ( UAS ) Tapel 2008 - 2009 di Pondok Pesantren Al-Ishlah Jatireja - Compreng - Subang Jawa Barat.
Sobat... Gw kangen banget dengan suasana yang kaya gini. Kapan hal ini akan terulang lagi ???

Kamis, 08 Oktober 2009

Aliran Wahabiy Dimasukkan ke NU


DISKRIPSI MASALAH:


Akidah yang dibawakan golongan Wahabiah/Salafiah. Itu terdapat konsep. Konsep tersebut dinamakan:

Tauhid Rububiah yaitu sebuah tauhid yang mengatakan wujudnya tuhan, walaupun kemungkinan tauhid tersebut tidak menyisakan tuhan. Seperti agama Nasrani, Islam dll, Maka golngan ateis tidak memiliki tauhid ini

Tauhid Uluhiah yaitu Tauhid yang mengesakan tuhan, sehingga benar-benar beribadah hanya pada-Nya ini adalah Tauhid Islami, sehingga orang nasrani tidak memiliki tauhid ini "ASMA' WA SIFAT" yaitu kepercayaan terhadap nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah, seperti Aqidah Islam yang biasanya, {untuk keterangan lebih lanjut silahkan lihat: KH. SYIRAJUDDIN ABBAS I'tiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah atau nama-nama Kitab Wahabiah seperti karangan 'UTSAIMIN dll}. Akan tetapi ada beberapa Sarjana Sunni yang mengaku mengikuti aliran Asyairah dan Maturidiyah sedikit mengadopsi konsep Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyyah karena menurut mereka tauhid ini semakin memantapkan dan melengkapkan Aqidah Sunni yang sudah ada {maaf tidak dapat menyebutkan nama mereka disini}.

PERTANYAAN:

Bagaimana memasukkan konsep Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah didalam konsep Aqidah Ahli Sunnah Wal Jama'ah yang difahami oleh golongan Asyairah dan Maturidiah?

التوحيد للناشئة والمبتدئين - (ج 1 / ص 11)

أنواع التوحيد : التوحيد : هو إفراد الله تعالى بالربوبية والألوهية وكمال الأسماء والصفات. أنواع التوحيد: ثلاثة، وهي توحيد الربوبية، وتوحيد الألوهية وتوحيد الأسماء والصفات.

1- توحيد الربوبية : وهو توحيد الله بأفعاله - سبحانه - مثل الخلق والرزق وتدبير الأمور والإحياء والإماتة ونحو ذلك. وهذا النوع قد أقر به الكفار على زمن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولم يدخلهم في الإسلام، كما قال تعالى : { وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ } .2- توحيد الألوهية : وهو توحيد الله بأفعال العباد التي أمرهم بها. فتصرف جميع أنواع العبادة لله وحده لا شريك له، مثل الدعاء والخوف والتوكل والاستعانة والاستعاذة وغير ذلك. وهذا النوع من التوحيد هو الذي جاءت به الرسل عليهم السلام، حيث قال تعالى : { وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ } . وهذا النوع من التوحيد هو الذي أنكره الكفار قديما وحديثا، كما قال تعالى على لسانهم: { أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ } . 3- توحيد الأسماء والصفات : وهو الإيمان بكل ما ورد في القرآن الكريم والأحاديث النبوية الصحيحة من أسماء الله وصفاته التي وصف بها نفسه أو وَصفه بها رسوله على الحقيقة. وأسماء الله كثيرة ، منها : الرحمن، والسميع، والبصير، والعزيز، والحكيم. قال تعالى: { لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } (1) .

مقدمة عن العقيدة الإسلامية وأهميتها

إن الدين الإسلامي عقيدةٌ وشريعة، فأما العقائد فيراد بها: الأمور التي تصدق بها النفوس، وتطمئن إليها القلوب وتكون يقينا عند أصحابها لا شك فيها ولا ريب. والشريعة : تعني التكاليف العملية التي دعى إليها الإسلام كالصلاة والزكاة والصيام وبر الوالدين وغيرها.

الإيمان بالله عز وجل

معنى الإيمان بالله عز وجل : هو التصديق الجازم بوجود الله تعالى، والإقرار بربوبيته وأُلوهيته وأسمائه وصفاته. فتضمن الإيمان بالله عزّ وجل أربعة أمور:1- الإيمان بوجود الله سبحانه وتعالى.2- الإيمان بربوبية الله تعالى.3- الإيمان بأُلوهية الله تعالى.4- الإيمان بأسماء الله وصفاته.

وسنتحدث عن هذه الأمور الأربعة تفصيلًا على النحو الآتي:

1- الإيمان بوجود الله تعالى

أ- إن الإقرار بوجود الله تعالى أمرٌ فطريّ في الإنسان، وأكثر الناس يعترفون بوجود الله، ولم يخالف في ذلك إلا قلة قليلة من الملاحدة. إن كل مخلوق قد فطر على الإيمان بخالقه من غير سبق تعليم، وها نحن نسمع ونشاهد من إجابة الداعين وإعطاء السائلين ما يدلُّ دلالة يقينية على وجوده تعالى كما قال سبحانه. { إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ } . ب - ومن المعلوم عند كل شخص أن الحادث لا بد له من مُحْدِث، وهذه المخلوقات الكثيرة والتي نشاهدها في كل وقت لا بد لها من خالقٍ أوجدها، وهو الله عز وجل، لأنه يمتنع أن تكون مخلوقة من غير خالقٍ خَلقها، كما يمتنع أن تخلق نفسها؛ لأن الشيء لا يخلق نفسه.

2- الإيمان بربوبية الله تعالى

أ- معنى الإيمان بربوبية الله تعالى : هو الإقرار بأن الله تعالى رب كل شيء ومالكه وخالقه ورازقه، وأنه المحيي المميت النافع الضار، الذي له الأمر كله، وبيده الخير، وهو على كل شيء قدير، ليس له في ذلك شريك. والإيمان بربوبية الله هو التصديق الجازم بأن الله سبحانه وتعالى هو الربّ لا شريك له، وإفراد الله بأفعاله، بأن يعتقد أن الله وحده الخالق لكل ما في الكون، كما قال تعالى : { اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ } .

جـ- وقد فطر الله الخلق على الإيمان بربوبية الله تعالى، حتى مشركي العرب زمن النبي صلى الله عليه وسلم، كما قال سبحانه : { قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ }{ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ }{ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ } . { إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ }{ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ } . إن الإيمان بربوبية الله تعالى لا يكفي العبد في حصول الإسلام، بل لا بد أن يؤمن بألوهية الله تعالى، فإن النبي صلى الله عليه وسلم قد قاتل مشركي العرب مع إقرارهم بربوبية الله تعالى.

3- الإيمان بألوهيَّة الله تعالى

أ - معنى الإيمان بأُلوهيَّة الله تعالى : التصديق الجازم بأن الله تعالى وحده المستحق لجميع أنواع العبادة الظاهرة والباطنة، مثل الدعاء والخوف والتوكل والاستعانة والصلاة والزكاة والصيام، فيعلم العبد يقينا أن الله هو المعبود لا شريك له، فلا معبود بحق إلا الله تعالى، كما قال سبحانه: { وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ } . فأخبر تعالى أن الإله إلهٌ واحد، أي معبود واحد فلا يجوز أن يُتّخذ إله غيره، ولا يعبد إلا إياه.

4- الإيمان بأسماء الله وصفاته

أ- وهو: إثبات ما أثبته الله لنفسه في كتابه أو سنة رسوله صلى الله عليه وسلم من الأسماء والصفات على الوجه اللائق بالله تعالى. من ثمرات الإيمان بأسماء الله وصفاته ما يلي : 1- التعرّف على الله تعالى، فمن آمن بأسماء الله وصفاته ازداد معرفة بالله تعالى، فيزداد إيمانه بالله يقينا، ويقوى توحيده لله تعالى.

Tauhid Wahhabiyyah

PEMBAGIAN tauhid menjadi 3 bagian berupa Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Tauhid Asma' wa Shifat tidak pernah dijumpai dalam konsep Ahlussunnah Wal Jamaah. Konsep baru yang diusung oleh golongan Wahabiyyah dengan mengadopsi konsep-konsep yang ditawarkan Ibnu Taimiyyah jelas tidak bisa diterima baik secara keseluruhan maupun dengan cara diadopsi beberapa poin saja. Hal ini dengan berbagai pertimbangan berupa;

1. Tidak pernah diajarkan Ulama' Salaf

2. Bertentangan dengan konsep dalam Al-Quran dan Hadis

3. Akan menyebabkan peng-kafir-an terhadap golongan Ahlussunnah Wal Jamaah sendiri. Khususnya dalam masalah Tawassul dan Istighotsah.

Yang perlu dipertimbangkan:

1. Bagaimana jika konsep itu diadopsi dengan beberapa perubahan sehingga tidak ada unsur pengkafiran terhadap golongan ahlussunnah?

2. Faktor persamaan dengan orang-orang fasik/ kafir.

3. Mempertimbangkan persepsi orang-orang awam dan yang belum bisa memahami detil pengadopsian konsep itu.