Halaman

Sabtu, 13 Maret 2010

Adab Memintakan Ampunan Bagi Jenazah


Bagi masyarakat Nahdliyin, adab atau tatakrama/sopan santun adalah salah satu hal terpenting dalam pergaulan di antara sesama manusia. Karenanya, seorang Muslim harus mengerti sopan santun dalam pergaulan sehari-harinya, termasuk dalam tata cara berdoa.

Demikian juga bila seorang Muslim hendak memohankan ampunan bagi Muslim lainnya yang sudah meninggal kepada Allah SWT. Terutama bila sedang di muka umum. Seorang Muslim sebaiknya menghindari menggunakan kata-kata "atas segala kesalahan si mayit" secara langsung.

Demikian diterangkan oleh Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah nahdlatul Ulama (PP LDNU) KH AN. Nuril Huda kepada Jama'ah tahlil di Gedung PBNU untuk mendoakan Ketua PBNU alm. Rozy Munir, Rabu (24/2). Menurut Kiai Nuril, tidak ada seorang manusia pun yang sempurna, karenanya sudah tentu seseorang memiliki kesalahan.

"Maka hendaknya hindari kata-kata, yang menohok langsung kepada seseorang bahwa dirinya memiliki kesalahan. Tetapi gunakanlah kata-kata pengandaian seperti 'apabila, jika, bila, mungkin' dan lain sebagainya," terang Kiai Nuril.

Lebih lanjut Kiai Nuril menjelaskan, penggunaan kata-kata langsung yang menohok dapat menyakiti keluarga mayit, terutama bila si mayit adalah orang-orang yang dianggap bersalah dalam waktu-waktu dekatnya sebelum ia meninggal.

"Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah telah menyampaikan ajaran Rasulullah SAW untuk mempersaksikan seorang mayit dengan kebaikannya. Dan karena hal inilah yang akan dipersaksikan di hadapan Allah. Karenanya, jangan malah mengungkit-ungkit kesalahan sesama saudara Muslim di hadapan jenazahnya sendiri," tandas Kiai Nuril.

Pada sementara kalangan, para juru bicara yang mewakili keluarga atau pembawa acara untuk doa-doa kepada seseorang yang telah meninggal dunia, lazim menggunakan kalimat, "semoga Allah menerima segala amal kebajikanya dan mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosanya." Ungkapan seperti ini dicontohkan oleh Kiai Nuril sebagai kalimat yang tidak sopan.

"Akan menjadi lebih beradab,bertakrama dan tidak menyinggung perasaan keluarga si mayit bila dinyatakan dengan kalimat: Semoga Allah memberikan pahala berlipat ganda atas segala amal kebajikannya. Semoga Allah meridhoi kehidupan dan kepulangannya. Dan bila si fulan ini memiliki kesalahan dan kekhilafan, semoga Allah mengampunkannya," pungkas Kiai Nuril mengakhiri tausiyahnya. (min)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menanggapi