Halaman

Selasa, 07 September 2010

Ade Mahmudin Dalam Kenangan



USIA Tidak menghalangi seseorang berfikir dewasa. Meskipun masih tergolong hijau, namun Ade Mahmudin sudah sudah mampu menempatkan diri jauh melampaui remaja seusianya. Semua itu tidak lepas dari pengalaman hidupnya yang penuh warna.

Dilahirkan di sebuah desa yang berada di Kab. Subang, 26 tahun yang lalu. Lajang yang akrab disapa Adien tersebut tidak tahu bahwa ada dunia di balik naturalisasi desanya dan hamparan sawah luas yang mengelilingi kampung halamannya. Bahkan Adien kecil tidak pernah bermimpi bisa sekolah hingga SLTA (Madrasah Aliyah). Ayahnya hanya petani biasa, anak pertama dari dua bersaudara ini meski pergi ke ladang sepulang sekolah dan membantu ibundanya di dapur. Kendati demikian, toh prestasi Adien sudah terlihat. Di Sekolah, Adien kerap selalu mendapatkan rangking. Potensinya yang menonjol ternyata dilihat oleh saudaranya yang kebetulan aktiv di salah satu lembaga Pondok Pesantren di pedalaman subang. Lepas tamat Sekolah Dasar, Adien diboyong ke daerah itu untuk melanjutkan pendidikan.

“Saya menyadari betul bahawa saya akan dibawa kesebuah lembaga pendidikan tradisional yang dibina oleh sosok seorang Kyai. Karena itu adalah dambaan saya ingin sekali mencoba mencari jati diri yang kemungkinan disanalah proses pendewasaan karakter akan terbentuk, walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa pesantren yang tradisional itu penuh dengan keprihatinan. tapi saya tidak menyesal atau bersedih, waktu itu dalam pikiran saya, adalah bisa melanjutkan sekolah” kenang adien dengan raut muka sedih.

Tinggal di Pondok Pesantren ternyata telah mengembleng mental Adien sekuat baja. Kerja keras dan keprihatinannya telah mengeringkan air matanya dan mengobarkan semangatnya. Sejak masuk SLTP (MTs) hingga SLTA (MA), prestasinya terus bertahan. Hanya saja, Adien tidak seperti kebanyakan teman-teman lainnya di sekolah. Ia, tidak punya waktu untuk bermain, hari-harinya ia lewati dengan bekerja dan belajar. “Waktu itu, ada sedikit perasaan minder untuk bergaul” ungkap Adien polos.

Sampai akhirnya, ia dapat lulus SLTA dan memutuskan untuk keluar dari Pondok itu. Namun, kapasitasnya yang lumayan itu membuat memikat hati para Civitas Akademika Lembaga itu untuk menahannya dia keluar dan menariknya menjadi salah seorang staf pengajar. Sedikit namun perlahan Adien mencoba untuk memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah di STAI Miftahul Huda Subang Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Disinilah karakter pribadinya terbentuk. Bersentuhan dengan organisasi membuat rasa mindenya hilang. Ia justru malah tertantang untuk mencoba hal-hal baru. Adien aktif di Kepengurusan Senat Miftahul Huda dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Subang. ”Saya baru sadar, bahwa Tuhan selalu mempunyai skenario hidup setiap umatnya, saya tidak menyangka bisa kuliah dengan biaya sendiri seperti sekarang ini” ujar penggemar musik Bondan Prakoso feat Fade 2 Black ini. 

Keaktifannya dalam tempo singkat membuat namanya melambung di dunia gerakan mahasiswa Subang, terutama Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebuah organisasi yang berbasic Islam Ahlussunnah wal jama'ah. bermula menempati jabatan Badan Pengurus Harian (BPH) sebagai Skretaris Umum PMII Subang masa khidmat 2010-2011. sampai kemudian, dia mampu menempati posisinya sebagai Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kab. Subang Masa Khidmat 2012-2013.

Adien mengaku, bahwa dengan pengalaman organisasinya yang dulu pernah dibekali di pondok pesantren, membuatnya dia “gila organisasi”. Selain PMII, dia juga beraafiliasi dengan organisasi-organisasi yang menunjang pengembangan ideologinya. Mulai dari organisai yang berada dibawah Nahdlatul Ulama (NU) seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Gerakan Pemuda Ansor dan juga organisasi kepemudaan lainnya seperti Gerakan Pemuda Sehat (GPS) Cab. Subang, Briges Gank Motor Subang, dan Viking Distrik Subang. 

“Pada prinsipnya, hidup itu penuh relasi karena sebuah kebutuhan dan tuntutan hidup. Dan semua yang saya jalani itu adalah sesuai dengan kebutuhan hidup saya. Jadi ini belum seberapa jika kita akan mempersiapkan bekal dikemudian hari. Perjuangan itu terus berlanjut bung...” ungkapnya dengan penuh semangat.

4 komentar:

Menanggapi